INSAN CITA FESTIVAL-2014

 join us....

PB HMI Instruksikan Semua Kadernya Pakai Batik Pada 2 Oktober

Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) menginstruksikan kepada 470 ribu kader HMI yang tersebar dari sabang sampai merauke untuk menggunankan batik pada Rabu atau 2 Oktober 2013 nanti.
“Kepada seluruh kader-kader HMI sekiranya menggunakan batik saat melakukan aktivitas formal organisasi, sehingga batik tetap terlihat menjadi identitas budaya bangsa yang di lestarikan generasi muda” Ungkap Muhammad Arief Rosyied, Ketua Umum PB HMI, , dalam siaran persnya, Senin (30/9).
Badan PBB, UNESCO yang menangani masalah peninggalan budaya, pada 2 Oktober 2009 lalu menetapkan batik sebagai milik Indonesia. Untuk mengenang hari bersejarah tersebut, kini tiap tanggal 2 Oktober ditetapan sebagai hari batik nasional.‬
‪HMI yang menyebut dirinya “the young generation” di negara ini, konsisten melestarikan budaya Indonesia. Bidang pendidikan kebudayaan PB HMI mewajibkan kepada seluruh kader HMI untuk menggunakan batik pada peringatan hari batik 2 Oktober 2013.
“Mari kita menggunakan batik karena itu milik kita, bukan milik negara lain dan kami mewajibkan seluruh kader HMI untuk menggunakan batik di hari peringatannya, kami juga mencanangkan gerakan “Jumatberbatik” dalam setiap aktifitas” Ungkap Adi putra, ketua bidang pendidikan dan kebudayaan PB HMI.

Adi menambahkan “Kami memiliki 470 ribu kader HMI yang potensial, Saya kira gerakan ini sangat masif, kita juga bisa menggerakkan Media sosial seperti facebook dan twitter biar masyarakat tahu, Atau lebih jelasnya silahkan hastag #hmi_batik’sday Cc @dikbud_pbhmi, Dengan gerakan ini minimal mendorong kecintaan generasi muda pada warisan budaya bangsa khususnya batik”

CIVIL SOCIETY DALAM DUNIA KAMPUS



Oleh: Anwar Fauzi*- Istilah Civil society paa hakekatnya merupakan suatu istilah yang tidak begitu asing dalam benak pikiran kita. Kita sudah di perkenalkan dan diajarkan istilah Civil society sejak bangku SMP hingga bangku perkuliahan, yang termuat dalam mata kuliah Filsafat Pancasila atau Pendidikan Kewarga Negaraan. Akan tetapi tidak bayak dari kita yang memahami dan mengerti apa hakekatnya istilah Civil society ? dan untuk apa kita mempelajari civil society?
     Civil society atau yang bisanya kita kenal dengan istilah masyarakat madani pada hakekatnya merupakan reformasi total terhadap masyarakat yang tak kenal hukum (lawness) dan terdapat supremasi kekuasaan pribadi seorang penguasa seperti yang selama ini menjadi pengertian yang umum tentang Negara. Civil society atau masyarakat berperadaban adalah masyarakat yang mempunyai semangat ketuhanan, demokratis yang berdasarkan check and balance antara Negara dan masyarakat, berkeadilan, dan bersandar pada kepatuhan dan tunduk kepada hokum (law and order). Sebagaimana yang dikatakan oleh Guseppe Di Palma bahwa masyarakat madani merupakan bagian organik system demokrasi, yang menempatkan posisinya dalam bentuk oposisi terhadap rezim-rezim absolutis.
     Sebagaimana yang dikatakan oleh Nurcholis Madjid bahwa masyarakat madani adalah masyarakat yang memiliki peradaban yang berdasarkan komitmen bersama, demi cita-cita bangsa yang luhur dan mulia. Dimana dengan komitmen bersama, cita-cita yang kita idam-idamkan barangkali akan akan menjadi kenyataan. Karena kita mengingat bahwa Indonesia diciptakan oleh imajinasi intelektual yang tersusun secara sistematis, sehingga arah yang menjadi tujuannya tidak akan meleset dari perkiraan semula. Sehingga Cak Nur sapaan akrab Nurholis
    Madjid sangat otimistis bahwa Civil society merupakan lokomotif yang ideal untuk mewujudkan cita-cita bangsa demi kebaikan dan kemakmuran bersama.
Secara historis konsep civil society merupakan konsep yang bersal dari dunia barat, yaitu pada mulanya diperkenalkan oleh Cecero. Dan kemudian di bumingkan kembali oleh Fergusan pada abad ke-18, dalam rangka menanggalkan hegemoni pemerintah atau kerajaan yang otoriterian dan anti kritisizem. Dan sekarang ini, istilah Civil society telah mendunia dan konsepnya telah diterapkan diberbagai Negara yang salah satunya adalah Amerika Serikat. Dimana ide modern tentang civil society oleh John Locke digunakan dalam menyelesaikan problem social order yang muncul di akhir aba ke-17 M. Akan tetapi akar dasar dari pemikiran Civil Society itu sudah ada sejak abad ke-1 H yang di tandai dengan terbentukya kontitusi Madinah. Dima sosok figurnya disini adalah Rosulullah dia menciptakan negeri Madinah bagaikan surga dunia masyarakat. Dimana ia dapat membangun semangat demokratisasi masyarakat Madinah yang jauh dari peradaban. Dengan kehadiran Nabi di tengah-mereka keadilan, toleransi, dan kesejahteraan masyarakat Madinah dalam hubungan struktur masyarakatnya pada satu arah kemajuan yang menjanjikan. Sehingga John E. Esposito mengatakan bahwa Madinah yang dibawah bimbngan Muhammad semakin memperlihatkan kristalisasinya sebagai sebuah sitem sosio-politik.
     Sehingga pola terbentuknya Civil Society atau masyarakat madani dalam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sangatlah penting, yang sejatinya merupakan cita-cita bersama untuk mewujudkan masyarakat yang berkeadaban dan berperadaban. Sehingga Cak Nur mengatakan bahwa Civil Society adalah bagian mutlak dari wujud cita-cita kenegaraan, yakni mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Yang menjunjung nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan bersifat inklusif dalam kehidupan sosialnya.
Lalu bagaimana kontek Civil society dalam kehidupan dunia kampus? Pada hakekatnya Civil society adalah suatu bentuk penyadaran masyarakat terhadap nilai-nilai independensi yang berlandaskan idealisme kebaikan bagi umat. Sehingga dalam hal ini peran seorang mahasiswa sangat dibutukan dalam rangka membentuk suatu peradaban yang ideal bagi masyarakat. Sebagaimana yang dikatan oleh Ibnu Kholdun bahwa inti dari sebuah peradaban adalah menejemen organisasi yang beradab. Yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, inklusifisme, dandemokratis.
     Mahasiswa adalah masyarakat masyarakat terdidik, yang mempunyai keistimewaan pengetahuan secara formal di bandingkan dengan masyarakat biasa. Sehingga dalam perjalannya sejarah mahasiswa sangat berperan penting dalam membentuk peradaban dunia. Kita ketahui bahwa dalam perjalanan dinamika negeri Indonesia tidak lepas dari peranan mahasiswa. Mulai dari kemerdekaan, pembantaian anggota PKI, malaria, reformasi 1998. Sehingga peran mahasiswa sangat sentral dalam rangka pencerdasan masayarakat lainnya. Mahasiswa identik dengan agen perubahan dan agen social control, yang selalu menjadi gardan depan dalam memperjuangkan aspirasi rakyat. Paradigm yang melekat inilah harus dapat menjadi cambuk ketika mahasiswa bersifat diabolisme kepada birokrasi kampus atau mahasiswa yang abai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan lalai dengan nilai-nilai naasionalisme yang diperjuangkan oleh pejuang kemerdekaan dahulu kala.
     Sehingga mahasiswa haruslah mampu membuat kampus sebagai media dalam rangka penerapan dan pembentukan peradaban yang bercorak Civil society. Dimana corak Civil society yang mampu mereformasi mahasiswa yang pola pikirnya yang jahiliyah menuju corak pemikiran yang modern, yang cerah bagaikan matahari yang menyinari kehidupan alam raya. Dunia kampus yang erat dengan nuwansa intelektualisme, bermoral, dan pusat peradapan ilmu pengetahuan
harus tetap dekembangkan. Dinamisasi pengetahuan dan jiwa-jiwa kritis harus tetap melekat dalm diri mahasiswa. Janganlah dunia kampus ini berubah menjadi dunia yang haidon, prakmatis, anmoral, dan memuja-muja nilai-nilai formalitas belaka tanpa melihat hasil yang diperoleh selama menjabat sebagai mahasiswa.
    Kampus harus bisa menanggalkan diabolis-diaboles intelektual yang cinta pada kekuasaan dan selalu menggandeng para birokrat yang serakah demi kepuasan kepintingan dirinya maupun kelompoknya. Kampus harus mempu mencentak kader-kader bangsa yang ideal yang bersifat independensi yang mampu membuka matanya dalam melihat realita social masyarakat. Yang mempunyai sifat reformis dan pantang mundur ketika melihat pendholiman yang terjadi di sekitarnya. Sehingga apa yang dicita-citakan oleh Prof. Dr. Imam Suprayoga yang menginginkan mahasiswanya menjadi singa-singa bangsa, yang tidak gentar menghadapi siapapun dan menjadi ispirator bagi lainnya, serta menjadi garden depan dalam mendobrak kedholiman.


Mahasiswa Prodi Al-Akhwal Al-Syakhsiyyah
Fakultas Syariah
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
dan juga Kader HMI Komisariat Syariah-Ekonomi UIN Malang

PEREMPUAN DAN CITA-CITA LUHUR

‘Ini bukan masalah tentang gender kawan, tapi perempuan dan laki-laki memiliki tanggung jawab sosial yang sama’
   Perempuan merupakan elemen masyarakat yang sering menjadi objek pembahasan tentang isu sentral dan diskursus yang secara intens oleh kalangan masyarakat, baik tentang hal kesenjangan dan diskriminasi terhadap hak-hak perempuan, baik hak politik, maupun ekonomi. Masalah-masalah tersebut menjadikan banyak bermunculan gerakan perempuan yang muncul atas dorongan nurani, ketidakpuasan pribadi dan sebuah  kesadaran formal ini mengalami sebuah pergeseran menjadi kesadaran bersifat kolektif akan realitas yang terjadi dalam masyarakat Indonesia. Terbukti dengan banyaknya bermunculan pergerakan-pergerakan dan pembelaan atau aksi-aksi yang jelas dari para perempuan. Pada dasarnya perempuan memiliki peran yang sangat besar dalam semua lapisan masyarakat. namun, pada akhir-akhir ini, pergerakan perempuan mengalami kelesuan, spirit yang dulu berkobar sedikit meredup. Menurut Soe Hok Gie “Perempuan akan dikalahkan laki-laki, jika yang diurusi hanya pakaian”. Sehingga Pemahaman tentang peran perempuan menjadi sebuah urgen untuk mewujudkan perubahan yang lebih progresif dengan diharapkan bermunculan gerakan-gerakan transformasi perempuan yang peka terhadap kondisi social masyarakat. 
   Metodologi gerakan perempuan di Indonesia memang masih belum terkonsepkan dengan matang. Banyak yang memperdebatkan bahwa gerakan perempuan di Indonesia merupakan gerakan yang berlandasan ideologi feminisme barat. Gerakan-gerakan kemasyarakat untuk memberdayakan perempuan sehingga seolah-olah feminisme barat menjadi kiblat pergerakan perempuan di Indonesia. Namun, sejatinya apapun istilah maupun teori yang digunakan Indonesia merupakan masyarakat yang memilki sosial kultur yang sangat berbeda dengan barat sehingga gerakan perempuan di Indonesia disetiap wilayah berbeda sesuai dengan kultur masing-masing, namun dengan platform yang sama yaitu memberdayakan perempuan serta memperoleh kesetaraan dan keadilan gender.




Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger