Di Ma’had sunan Ampel Al-aly, bebas Pakai Computer…?

Di tahun-tahun kemarin mahasiswa dilarang memakai computer di dalam ma’had. Tapi untuk tahun ini …!!…? kelihatannya masih sama.Indikasinya memang masih konsisten dengan peraturan yang lama. Bahkan hmi ngecek lansung ke mahasiswa baru 2007-2008, ternyata tidak dibolehkan membawa computer. HMI saintek berharap untuk tahun ini tidak diberlakukan demikian. Mengingat kebutuhan computer merupakan hal yang mutlak dalam membantu pengembangan akademik, kualitas dan prestasi mahasiswa. Apalagi fakultas saintek menaungi jurusan-jurusan yang mengharuskan mahasiswanya untuk selalu bercengkrama dengan computer, seperti teknik informatika bahkan juga teknik arsitektur.
Tingkatan SD (pedesaan) saja sudah mulai dikenalkan dengan computer, malah sudah merambah program internetisasi. Tentu bukan demikian maksud dari uin malang membuat peraturan yang kurang bersahabat dengan perkembangan pengetahuan dan skill mahasiswa.
Dulu, mungkin karena pertimbangan control pemakaian yang sulit untuk diterapkan pada penghuni ma’had, sehingga kebijakan pelarangan itu ada. Karena selain alasan tersebut, tidak ada lagi yang pantas untuk menjadi alasan pelarangan. Solusi mengenai hal ini hanya pada managerial dan kebijakan saja pada orang-orang yang ada di struktur kepengurusan ma’had. Baik dari dewan kyai sampai musyrif/musyrifah.
Latar belakang mahasiswa paling prinsip untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi adalah ingin menambah pengetahuan dan meningkatkan kemampuan (skill). Tidak ubahnya bagi ribuan mahasiswa yang ingin masuk kampus uin malang.
Adanya panambahan kapasitas yang baru pada Ma’had (baru) berkapasitas 2000 lebih dan yang lama 1300-an, semestinya disertai dengan semangat baru juga untuk benar-benar menjadikan uin malang sebagai pusat pengembangan keilmuan. Terlebih paradigma yang dibangun sekarang adalah mengintegrasikan sains dengan agama.
Ma’had adalah bagian terintegrasi dari uin malang, sehingga kontribusi ma’had menjadi sangat penting yang tidak hanya memberi peran dari segi pembentukan moralitas, tapi juga intelektualitas dan profesionalitas. Khusus dalam hal ini adalah bagi mahasiswa baru, yang waktu keseharian banyak dihabiskan di ma’had. Jika ma’had tidak bisa memberikan peran yang optimal bagi mahasiswa, bahkan meng-kebiri ekspresi intelektualitas dan profesionalismenya, maka hal ini bukan ide yang baik untuk menggabungkan konsep ma’had dengan kampus.
Mari belajar dari kata-kata Tukul Arwana yang semestinya harus menjadi sindiran pengelola Ma’had “Wong deso tapi Rizki Kota” demikian juga semestinya dengan uin malang punya kata-kata “Hidup di Ma’had tapi pemikiran dan kemampuan actual serta Mendunia”. Wallau ‘alam.





0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger