Sindrom Piala Dunia dan Masturbasi Budaya

Oleh : Indra Setiawan

“Musik mengalun, badan bergoyang dan teriakanpun bergema”. Kemarin, kira-kira begitulah jargon SCTV sebagai Stasiun Televisi resmi dan pemegang hak tunggal siaran langsung WORLD CUP 2006, menggambarkan betapa dahsyatnya gaung Piala Dunia di seantero pelosok negeri sebagai ajang Perhelatan Akbar yang menjadi momentum sejarah dari masa ke masa, pentas sejagat para Gladiator sepakbola yang haus akan popularitas serta seabrek penghargaan bintang dunia. Dus, gemanya pun dihiasi dengan alunan trik dan strategi dalam skema permainan yang dipadu tehnik-tehnik cantik dari individu para seniman bola yang beroperasi dari kaki ke kaki. Pun disana, dengan lihainya utak-atik dan atur pola-pola serangan dan bertahan, hasil kreasi dan ambisi dari “Sang Pawang” sebagai pelatih dan juga manajer tim yang bernafsu menyabet segudang prestasi dan dikukuhkan sebagai “The King of Football”, bahkan sebagai Negara yang layak ditakuti dalam bertempur di atas arena rumput hijau di perhelatan paling akbar, “kompetisi olahraga sepakbola sejagat.”
Namun tak adil rasanya, jikalau momentum bersejarah ini hanyalah dimiliki oleh “Para Bintang dan Sang Pawang” belaka. Karena dibalik rumitnya lika-liku bola yang singgah dari kaki ke kaki dan peristiwa melesatnya “Si Bundar” menuju jaring, terdapat fenomena yang kompleks sebagai pendukung narasi di atas disamping bahan yang menarik untuk dikaji, diteliti secara seksama bahkan ditelaah bersama. Tengoklah para penonton yang juga supporter fanatik tim kesayangan negara asal, adalah sebuah komunitas tersendiri yang menjadi “komoditas”, dan terkadang tak sayang-sayang bahkan dengan sukarela merogoh kocek sakunya berapa dollarpun untuk menonton secara langsung jalannya pertandingan hingga terpuaskan hasratnya untuk mensupport tim negaranya dengan melodi yel-yel yang seragam, beragam dan bersaut-sautan satu sama lain sebagai simbol perang antar supporter. Di sisi yang lain, para investor sebagai komunitas elite penggila bola berhajat besar untuk menanamkan sahamnya pada beberapa sektor penunjang sepakbola agar meraup jutaan laba. Dan bagi pemilik klub-klub besar di Eropa, WORLD CUP adalah arena perburuan yang strategis untuk membeli sejumlah pemain bertalenta tinggi guna diperagakan di Liga-liga Eropa musim mendatang. Tak mau kalah dengan pengusaha, para pedagang kecilpun memanfaatkan ajang piala dunia sebagai hajatan mereka walaupun dengan produk aksesoris piala dunia seadanya, namun mampu menarik minat konsumen bahkan meraup keuntungan yang besar.
Fenomena-fenomena di atas juga tidaklah lengkap, tanpa mengartikulasikan piala dunia dengan sejumlah kejadian aktual yang berkembang di seluruh belahan dunia, mulai dari konflik agama dan ras, kasus-kasus kejahatan para penguasa, ketegangan politik beberapa negara dan bencana alam yang melanda sebagian daratan di bumi. Namun tidaklah sebegitu penting apa yang telah terjadi di atas, karena kesemuanya itu seakan sirna kesirep “aura” piala dunia yang memanjakan warga dunia selama sebulan dengan tontonan sepakbola, sebuah olahraga yang mendewakan sportivitas dan mengenyahkan sekat-sekat ras, agama, ideologi bahkan konflik apapun yang berkembang di dunia. Seakan-akan Piala Dunia ini sebagai obat mujarab bagi derita anak manusia dari bencana alam dan menghipnotis ketegangan-ketegangan konflik dunia dengan menggantikan dan mengekspresikannya melalui ajang laga Piala Dunia di arena Colosium berkarpet hijau tempat para Jawara sedang beraksi, tak peduli apakah ia negara kuat atau lemah, bekas penjajah dan jajahannya, miskin atau kaya, si kulit putih ataupun si kulit hitam. Karena yang terpenting adalah “PRESTASI” apakah ia menang sebagai “The Hero” (Sang Pahlawan), atau pergi meniggalkan arena sebagai “The Loozer” (Sang Pecundang).

Investasi ala Borjuasi
Setuju ataupun tidak, Piala Dunia tak ubahnya pasar taruhan dan pasar lelang bagi para Konglomerat Dunia, hal ini bisa dilihat pada pemandangan transaksi di bandar-bandar judi dan juga media-media tekhnologi semisal internet yang memfasilitasi situs-situs transaksi perjudian internasional selama Piala Dunia berlangsung, pesertanyapun tidak tanggung-tanggung mulai dari penjudi kelas kakap sampai amatiran bahkan para penjudi isengpun ikut ambil bagian sebab dipicu demam sepakbola, keuntungan yang diraup pun cukup menjanjikan untuk sebuah industri perjudian dan juga tidak kalah populer dengan taruhan di arena pacuan kuda.
Di sisi yang lain, entohpun di tengah berkecamuknya Piala Dunia, jual beli pemain tetap saja menjadi sebuah komoditas yang menjanjikan bagi klub-klub besar di Eropa. Oleh karnanya, selama berlangsungnya piala dunia klub-klub besar dan para agen pemain berburu bintang-bintang muda yang berbakat dan mempunyai teknik di atas rata-rata, walaupun proses negoisasi, kontrak dan transfer akan dilakukan seusai Piala Dunia, sementara pemain-pemain klub yang dianggap tidak produktif namun berkelas dunia dilelang dengan harga mahal pada klub-klub kecil dan menengah, semuanya itu dimaksudkan untuk memperlancar investasi dan sirkulasi keuangan guna bertransaksi di musim mendatang.
Tidak boleh dilupakan pula bahwa di perusahaan-perusahaan, pertokoan, supermaket, diskotik-diskotik, pub-pub besar dan kecil, restauran dan hotel juga menjadi komoditas industri demam Piala Dunia, berbagai produk disajikan sebagai investasi guna memeriahkan berlangsungnya Piala Dunia semisal televisi berkelas, video game, ponsel desain khusus Piala Dunia yang berekses kepada kenaikan secara drastis bursa saham dunia khususnya perekenomian di Eropa, disamping itu disajikan pula produk-produk perlengkapan pribadi mulai dari hidangan cepat saji, soft drink sampai kepada minuman keras selaku teman setia dalam menonton bareng Piala Dunia, bahkan yang lebih gila lagi dikarenakan begitu antusiasnya terhadap Piala Dunia, di Jerman sendiri diadakan pertandingan komersial Piala Dunia dan yang bermain bukanlah manusia melainkan robot-robot yang sengaja didesain khusus oleh salah satu Universitas terkemuka di Jerman untuk sekedar menghibur dan beradaptasi dengan atmosfir demam piala dunia. Tak mau kalah dengan robot, Negara Arab Saudi dan Tunisiapun mengadakan pertandingan sepakbola dalam menyambut Piala Dunia dengan menggunakan mobil yang juga khusus didesain untuk pertandingan sepakbola. Sungguh aneh memang perilaku kebanyakan manusia dipentas akbar Piala Dunia ini, tapi itulah manusia, makhluk yang selalu memiliki sejuta keinginan dan haus kreasi dan mengekspresikannya dengan bebas bahkan bila memungkinkan mencari variasi, mereka segera menciptakan inovasi.

Ironi Budaya Piala Dunia
Berbagai potret eforia Piala Dunia diatas, telah menjadikan masyarakat dunia hobi berbelanja (sopholic). Tak peduli berapapun jumlah uang yang dikeluarkan sekalipun dari hasil tabungan bertahun-tahun, semuanya diabdikan sekedar demi galmornya Piala Dunia. Budaya hedonis dan sindrom sepakbola masyarakat dunia tersebut dalam perspekti yang berbeda, selaras dengan analisa Herbert Marcuse pada tahun 1970-an mengenai karakter masyarakat industri kapitalis yang terkena sindrom gejala weekend atau “budaya akhir pekan”, dimana identifikasi karakter manusia ditandai dengan ketidakmampuannya untuk berdaulat di atas ruang dan waktu. Hari-hari dalam sepekan yang seharusnya diperlakuakan seproposional mungkin, hilang dalam sekejap untuk memenuhi kenikmatan sesaat. Para pekerja sibuk mengumpulkan uang, Para Birokrat menyelesaikan dinas keseharian mereka dan seterusnya, dengan maksud untuk berlibur dan demi kenikmatan sesaat di akhir pekan.
Inilah yang disebut “masturbasi budaya” yang sedang menjangkiti masyarakat dunia saat ini sebagai epidemi eforia Piala Dunia. Investasi yang dikumpulkan selama bertahun-tahun dalam produktifitas kerja, hilang dalam sekejab terkena sindrom Piala Dunia, etos kerja masyarakat pekerjapun juga mengalami penurunan disamping pegawai pemerintah yang terkadang bolos ataupun terkantuk-kantuk disaat bekerja, dan yang lebih parah lagi virus ini telah menyebar pada hampir setiap lapisan masyarakat.
Maka dari itulah, berbagai aktifitas menjelang Piala Dunia hendaklah diperlakukan seproporsional mungkin yang dalam hal ini sesungguhnya perilaku manusia diuji untuk tidak dieksploitasi oleh ruang dan waktu, karena manusia terlahir dalam keadaan merdeka dan memiliki kebebasan berkehendak. Dalam konteks yang berbeda barangkali terlalu ekstrem bila memvonis perhatian ajang Piala Dunia seluruhnya hanya tertuju pada aspek-aspek glamornya saja tanpa memperdulikan solidaritas ummat manusia yang terkena musibah bencana alam ataupun juga isu-isu aktual ketegangan konflik dunia, karena dalam hal ini ada sebuah jargon Piala Dunia yang berbunyi; World Cup 2006 is a Time to make friends yang dijadikan sebagai spirit pemersatu bangsa-bangsa di dunia sehingga sepakbola dijadikan sebagai olahraga hiburan ditengah peristiwa-peristiwa bencana alam, disamping dijadikan sebagai isu mujarab bagi untuk menyetop segala bentuk ketegangan konflik politik internasional dan kasus SARA (suku, agama ras, dan antar golongan).
Namun yang perlu dicernati adalah hendaknya Piala Dunia yang seakan akan memberikan kesan yang lebih bahkan padat penghargaannya, tidaklah harus dipahami sebagai “momentum” yang memiliki otoritas untuk menghentikan segala bentuk kejahatan, konflik dan ketegangan-ketegangan penduduk dunia, karena yang harus dikedepankan adalah berbagai apresiasi dan spirit Piala Dunia yang ada haruslah menghantarkan citra kedirian ummat manusia sebagai makhluk yang beradab, peka dan memiliki solidaritas sosial, selalu menginginkan solusi perdamaian, serta lebih mengutamakan aspek-aspek moralitas yang tidak hanya terjadi ketika Piala Dunia sedang berlangsung, tapi menjadi sebuah semangat seumur hidup tanpa dieksploitasi oleh ruang dan waktu, sehingga atmosfir Piala Dunia haruslah dibawa kepada nilai-nilai yang positif bagi peradaban ummat manusia dan melahirkan sebuah spirit kesejarahan manusia yang lebih mengedepankan universalitas, serta membuang jauh-jauh sikap-sikap individual yang merupakan budaya perusak solidaritas kemanusiaan, toleransi dan perdamaian dunia.
* Penulis adalah pengamat sosial dan budaya dan penggemar sepakbola




1 comments:

Unknown mengatakan...

Dafatar nama alat bantu wanita khusus untuk melampiaskan hasrat seksual.
1 Sex toys dildo penis getar goyang.
2 Dildo pretylove.
3 Penis silikon getar.
4 Penis pump
5 penis telor.
Koleksi mainan sex lain nya klik DISINI.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger