Oleh : Nurisul Ubbat*

Sungguh dramatis memang tapi itulah paradigma yang terjadi di bangsa kita yang dewasa ini tidak terlalu kita hiraukan. Padahal jika hal ini kita biarkan berlarut-larut justru akan menimbulkan banyak permasalahan susulan yang secara simultan akan menghampiri negara Indonesia karena penyikapan awal yang dianggap kurang intensif dalam mengatasi masalah tersebut.
Pendidikan salah satu pondasi terbentuknya idiologi bangsa seharusnya bisa dijadikan penawar dari problematika yang ada. Hari pendidikan nasional yang selalu kita rayakan pada tanggal 2 mei merupakan salah satu contoh kecil tragisnya kehidupan pendidikan bangsa Indonesia, bagaimana tidak, sebuah ritual yang selalu kita rayakan tiap tahunnya sampai sekarang masih belum terasa pengaplikasiannya. Karena banyak problematika yang ada didalam lingkup interen pendidikan itu sendiri yang masih kita jumpai dan masalah itu merupakan masalah klasik yang mana satu sama lain memiliki hubungan yang sifatnya saling mempegaruhi. Pendidikan sampai saat ini masih dinilai sangat mahal bagi rakyat, pendidikan Indonesia masih jauh dari standar sehingga lulusan lembaga pendidikan kita masih dianggap kurang berkompeten dalam menyikapi era global, era dimana kita harus menghadapi sebuah pemikiran bahwasannya kita tidak boleh jadi objek atau korban dari perubahan itu melainkan kita harus bisa menjadi yang menentukan perubahan itu.
Salah satu contoh real dari ralasi antara problematika itu adalah adanya hubungan saling mempengaruhi antara sistem pendidikan dengan sektor kesehatan, sebagaimana kita tahu pendidikan di Indonesia yang orientasinya ke dunia kesehatan sangatlah mahal, jurusan kedokteran yang menjadi jalan seorang mahasiswa dalam meraih cita-citanya dimasa akan datang harus dibayar dengan tidak sedikit materi dan secara tidak langsung hal itu membuktikan bahwa betapa sistem pendidikan kita masih sedikit menganut paham kapitalisme yang orientasinya hanya sebatas materi saja. Karena tanpa mereka sadar bahwa mekanisme tersebut apabila dibiarkan berlarut-larut akan menciptakan sebuah pemikiran terhadap para sarjanawan muda dibidang kesehatan merasa harus mengembalikan banyak uang yang telah ia keluarkan dalam masa studinya sehingga polemik yang akan dihadapi rakyat yang terbaru adalah mahalnya pengobatan dan hal itu akan sangat membebani rakyat. Dan itulah system yang masih kita anut sampai sekarang, ideologi dokter kita masih hanya terbatas materi saja tanpa memikirkan hidup sosialnya.
Sistem pendidikan negara kita butuh banyak belajar dari negara-negara di Arab. Sedikit membandingkan salah satu negara disana menganut sebuah mekanisme dimana jurusan yang berorientasi ke bahasa dan sastra lebih mahal dari jurusan yang berorientasi ke dunia kesehatan. Dan dampak yang ditimbulkan dari itu adalah tidak akan adanya sebuah pemikiran bahwasannya para sarjanawan dibidang kesehatan tidak harus berambisi untuk mengembalikan uang pendidikannya dan polemik mengenai kesehatan yang dinilai mahal bisa dituntaskan. Apakah negara kita akan terpaku dengan ideologi yang menggambarkan sebuah sistem kapitalisme bagi para pelakunya namun mereka tidak pernah menyadarinya.
*: Kader HMI SAINTEK UIN Malang, Angkatan LK-1 Tahun 2009
Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika 2009 UIN Maliki Malang
2 comments:
Sebuah ARTIKEL yang menarik dan bermanfaat bagi uang membaca. Semoga dilancarkan dalam segala usaha dan sukses selalu.
Dari Agus Piranhamas Realitor(FB), KLIK pembicarainternetmarketing dot com, 081556711744
Terimakasih... Sang motivator bisnis on-line pak Agus
Posting Komentar