jangan menjadi PENGECUT kawan...!!!

         Kawan saya suatu hari berbincang mengenai kepemimpinan. Katanya, Indonesia membutuhkan kehadiran pemimpin yang bersih dari anasir-anasir kepentingan sesaat. Tak hanya retoris mendukung gagasan “good goverment”. Pemimpin Indonesia harus berani berjuang menghancurkan segala macam tindak kejahatan baik itu kejahatan akademis, moral dan juga korupsi di negeri ini.
Tidak hanya membersihkan partainya dari kader korup. Tetapi memberikan peluang untuk para penggiat antikorupsi agar mereka memiliki komitmen bersih dan bermoral ketika menjadi seorang pemimpin. Mereka harus diberikan kesempatan mengubah carut-marut kepolitikan di negeri ini dari dalam.
        Melebar hingga kearah kampus kita mendiskusikan bahwasanya, kampus kita, sama keadaanya seperti negeri ini. membutuhkan pemimpin yang bersih pula. dalam benak saya muncul pertanyaan sebagai kader HMI apa yang perlu kita lakukan unk menghadapi situasi seperti ini??? kalau kita melihat usia dari HMI sendiri yang menapaki usia senja,semakin sulit dimengerti. tentu kita tidak berharap HMI akan tutup usia.Layaknya manusia di usia enam puluh tahun lebih, yang tertinggal di tubuhnya hanya penyakit, kelemahan, keluh-kesah, dan ketergantungan pada uluran tangan orang lain. Bahkan untuk sekedar berjalan atau minum obat. Jika mau jujur, analogi orang tua itu nampaknya memang persoalan yang sedang kita (baca:HMI) hadapi. Tubuh kita sedang digerogoti “penyakit dalam” yang mengkhawatirkan. Sebagai indikasi, komitmen dan militansi kader terus mengalami penurunan, pemahaman keislaman kader makin dipertanyakan, dan penyakit umum para kader yang justru sering dianggap sebagai kelebihan : Talk Only No Action! Pantas saja, jika penyakit itu kemudian membuat tubuh kita menjadi semakin rentan dan lemah.
         Implikasinya, organisasi ini kemudian terengah-engah untuk berkompetisi dengan organ-organ muda lain yang lebih progressif. Kita terkaget-kaget dengan perubahan radikal yang terjadi di sekeliling kita. pengkaderan kita dipertanyakan. kader mulai terjun dalam dunia perpolitikan kampus. politik praktis sebagai dasar. iming-iming kekuasaan. ibarat kita adalah kaum yang sedang haus akan air dan raja " menjanjikan " akan memberikan air kenikmatan(kata:kakanda).mudah-mudahan itu bukan sekedar janji kawan.
        dalam training LK1 instruktur memberikan ajaran(dokrin) tentang independensi, militansi, idealis. menurut saya pribadi, itu akan menjadi pegangan kita sebagai kader HMI. ntah itu akan berujung seperti aktifis munir, ahmad wahib atau yang lainnya. tapi itulah kenyataan sebagai kader HMI. kalo boleh saya memberikan sedikit kata " sebagai kader HMI lebih baik Mati dari pada jual ideologi ".
       kampus adalah lahan kita untuk menghidupkan organisasi serta militansi adalah senjatanya. kader HMI di didik untuK menjadi kader pemberani. bukan Kader " PENGECUT ". permasalahan kekuasaan kampus level mahasiswa sudah biasa kita hadapi dnamika keras membuat kita benar-benar berproses. tetapi kali ini saya rasa berbeda dengan militansi dan juga idealisme kader yang mulai menjadi "gampangan ". banyak yang bersikap pragmatis. membuat benteng pertahanan sedikit kebelakang. beruntung, masih ada kader " istiqomah " yang tetap menjunjung idealisme.
      HMI merupakan organisasi pengkaderan kawan, bukanlah organisasi perpolitikan atau bahkan media untuk mencari kekuasaan. setelah sekilas mengkaji keadaan di HMI serta oto-kritik habis-habisan di atas, catatan penting bagi semua, bahwa kita juga harus melakukan revolusi sikap. Omong kosong semua hal diatas, jika attitude kita masih seperti hari ini. Dari revolusi sikap kita pribadi, ada harapan terjadi revolusi positif di HMI. Wallahu’alam bishowab, tetap semangat dalam wata’awanu ‘alal birri wa taqwa dan wa la ta’awanu ‘alal ismi wal udwan.

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger