MALANG - Demontrasi Gerakan Aksi Mahasiswa (GAM) UIN Malang memasuki babak kedua. Kemarin, sekitar 100 mahasiswa kembali beraksi di depan gedung rektorat.
Mereka tidak sekadar mempertegas 11 tuntutan yang diusung pada aksi Rabu (4/6) lalu -berakhir ricuh karena bentrok dengan aparat keamanan kampus. GAM juga menyuarakan pengungkapan aktor intelektual di balik pencederaan terhadap demokrasi dan konstitusi di UIN.
Aksi ini sekaligus penolakan ajakan berembuk dari pihak rektorat. Sebab, rektorat menghendaki yang hadir hanya wakil mahasiswa. Sedangkan mahasiswa ingin semua dilibatkan.
Saat itu, sejak pukul 09.00 jajaran pimpinan UIN telah menunggu di ruang sidang. Di antaranya PR (pembantu rektor) I, PR II, PR III, PR IV, dekan lengkap dengan para pembantu dekan, serta kepala unit. "Kami semua di sini wakil mahasiswa. Kalau hanya diminta satu atau dua, audensi dibatalkan saja," ujar Choirul Anam, humas aksi.
Sebelum menuju halaman rektorat, GAM keliling kampus. Mereka sempat berorasi di beberapa lokasi kampus. Bahkan, barisan ini membawa satu sangkar burung kosong dengan berbagai tulisan mengecam kondisi kampus. Sangkar itu diibaratkan kampus UIN yang kini berdiri megah, tapi mahasiswa tak bisa bebas berkreasi karena aspirasinya terkurung. "Kami sudah bosan dengan dialog karena sebelumnya tidak pernah ada realisasi," tandas Sapari, humas aksi lainnya.
Begitu merapat di halaman rektorat, GAM melakukan tahlil berjamaah dipimpin Syarif Ahmad Sholeh, mahasiswa Fakultas Tarbiyah semester VIII. Sekitar pukul 11.54 GAM membubarkan diri karena pihak rektorat tetap tak bisa menerima semua mahasiswa. Audensi diagendakan Selasa (10/6) depan sekaligus menunggu kedatangan Rektor Prof Imam Suprayogo kembali dari Arab Saudi.
Di lokasi yang sama, Kahumas UIN Sutaman mengatakan, rektor diperkirakan kembali ke Malang Senin besok. Terkait aksi mahasiswa, dia menilai wajar sebagai dinamika kampus. Meski begitu, jajaran pimpinan UIN berusaha memenuhi tuntutan yang dinilai bisa direalisasikan. Di antaranya, membuka kembali akses pintu belakang namun tidak 24 jam, membuka gedung Sport Center (SC) sampai malam plus pada Minggu. "Sebelumnya, setiap Minggu SC ditutup. Mulai besok (hari ini, Red) akan dibuka," ucapnya.
Menanggapi sorotan pungutan liar, Taman -sapaan akrab Sutaman- menegaskan selama ini tidak pernah ada pungutan liar. Semua tarikan selalu prosedural. Termasuk uang KTM (kartu tanda mahasiswa) Rp 20 ribu untuk mahasiswa lama dan Rp 50 ribu untuk mahasiswa baru. "Mereka tidak berbicara mahal. Tapi pungutan liar. Sedangkan tarikan ini semua ada dasar dan ketetapan," tegasnya. (nen/yn)
Sumber : www.jawapos.com
Mereka tidak sekadar mempertegas 11 tuntutan yang diusung pada aksi Rabu (4/6) lalu -berakhir ricuh karena bentrok dengan aparat keamanan kampus. GAM juga menyuarakan pengungkapan aktor intelektual di balik pencederaan terhadap demokrasi dan konstitusi di UIN.
Aksi ini sekaligus penolakan ajakan berembuk dari pihak rektorat. Sebab, rektorat menghendaki yang hadir hanya wakil mahasiswa. Sedangkan mahasiswa ingin semua dilibatkan.
Saat itu, sejak pukul 09.00 jajaran pimpinan UIN telah menunggu di ruang sidang. Di antaranya PR (pembantu rektor) I, PR II, PR III, PR IV, dekan lengkap dengan para pembantu dekan, serta kepala unit. "Kami semua di sini wakil mahasiswa. Kalau hanya diminta satu atau dua, audensi dibatalkan saja," ujar Choirul Anam, humas aksi.
Sebelum menuju halaman rektorat, GAM keliling kampus. Mereka sempat berorasi di beberapa lokasi kampus. Bahkan, barisan ini membawa satu sangkar burung kosong dengan berbagai tulisan mengecam kondisi kampus. Sangkar itu diibaratkan kampus UIN yang kini berdiri megah, tapi mahasiswa tak bisa bebas berkreasi karena aspirasinya terkurung. "Kami sudah bosan dengan dialog karena sebelumnya tidak pernah ada realisasi," tandas Sapari, humas aksi lainnya.
Begitu merapat di halaman rektorat, GAM melakukan tahlil berjamaah dipimpin Syarif Ahmad Sholeh, mahasiswa Fakultas Tarbiyah semester VIII. Sekitar pukul 11.54 GAM membubarkan diri karena pihak rektorat tetap tak bisa menerima semua mahasiswa. Audensi diagendakan Selasa (10/6) depan sekaligus menunggu kedatangan Rektor Prof Imam Suprayogo kembali dari Arab Saudi.
Di lokasi yang sama, Kahumas UIN Sutaman mengatakan, rektor diperkirakan kembali ke Malang Senin besok. Terkait aksi mahasiswa, dia menilai wajar sebagai dinamika kampus. Meski begitu, jajaran pimpinan UIN berusaha memenuhi tuntutan yang dinilai bisa direalisasikan. Di antaranya, membuka kembali akses pintu belakang namun tidak 24 jam, membuka gedung Sport Center (SC) sampai malam plus pada Minggu. "Sebelumnya, setiap Minggu SC ditutup. Mulai besok (hari ini, Red) akan dibuka," ucapnya.
Menanggapi sorotan pungutan liar, Taman -sapaan akrab Sutaman- menegaskan selama ini tidak pernah ada pungutan liar. Semua tarikan selalu prosedural. Termasuk uang KTM (kartu tanda mahasiswa) Rp 20 ribu untuk mahasiswa lama dan Rp 50 ribu untuk mahasiswa baru. "Mereka tidak berbicara mahal. Tapi pungutan liar. Sedangkan tarikan ini semua ada dasar dan ketetapan," tegasnya. (nen/yn)
Sumber : www.jawapos.com
0 comments:
Posting Komentar