Aktualisasi Esensi Filsafat Islam dalam Wacana Kontemporer

Pemateri : Kakanda Selamet Kastur
Dalam Diskusi Rutin Komisariat HMI SAINTEK UIN Malang

Filsafat secara umum tidak bisa hanya dipahami secara sederhana saja. Definisi tentang filsafat Islam-pun saling berbeda satu dengan yang lain. Ada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa filsafat Islam adalah filsafat yang lahir atau berasal dari pemikiran orang-orang Islam. Kemudian muncullah pertanyaan, mengapa tidak dinamakan dengan filsafat muslim? Apa yang membedakannya dengan filsafat lainnya sehingga disebut dengan filsafat muslim?
Tujuan utama daripada filsafat Islam adalah memperoleh kearifan atau kebijaksanaan yang bermuara pada metafisika yang disebut juga dengan Ilahiat, yang mana tujuan tersebut tidaklah berbeda dengan tujuan filsafat bangsa Yunani. Hanya saja, filsafat Islam merupakan filsafat yang di dalamnya diberikan atau mengandung nuansa Islam. Menurut Seyyed Hossein Nasr, filsafat Islam justru filsafat yang bersumber dari sumber dasar Islam : Al Qur an dan Hadits (The Quran and Hadith as source and inspiration of Islamic philosophy). Dalam prakteknya, filsafat Islam memunculkan dan menerangkan prinsip-prinsip serta menggali inspirasi dari Al Quran dan hadits, sehingga melahirkan corak filsafat yang secara prinsip berbeda dengan filsafat Yunani. Walaupun dalam tataran permukaan atau penampilan luarnya banyak persamaan dengan filsafat Yunani ataupun filsafat-filsafat lainnya. Dengan mencermati sedikit lebih mendalam uraian tersebut di atas, filsafat Islam tidak bisa disederhanakan hanya sebagai filsafat yang sekedar berasal dari pemikiran orang Islam dan dikelola dalam dunia Islam saja. Namun lebih dari itu, filsafat Islam juga merupakan pembacaan dan penafsiran dalam perspektif masing-masing para filosof daripada Al Quran dan hadits serta yang lainnya.
Dalam sejarah filsafat Yunani, tradisi filsafat dilakukan dengan metode yang semakin teratur sistematis serta berusaha melepaskan diri dari mitos dan lebih bertumpu pada usaha rasional atau lebih dikenal dengan logos. Tapi tidak dapat dikesampingkan, pengembaraan filosofis tidak bisa menganaktirikan metode intuisi karena menekankan pada usaha rasional dengan metode yang deduktif-analogis. Kemudian dalam perkembangan filsafat di tangan bangsa barat, filsafat dipersempit pada sekedar usaha rasional dan pendekatan intuitif diidentifikasikan serupa dengan mistik. Yang mana hal tersebut merupakan penyempitan makna filsafat dikarenakan positifisme sains atau reduksi pada logika dan linguistic. Pandangan bahwa filsafat adalah usaha rasional dengan metode deduktif-analogis menjadi paradigma yang digunakan untuk melihat filsafat Islam dan karena itulah filsafat Islam hanya dinisbatkan pada filosof-filosof muslim saja.
Dalam pandangan para filosof muslim, filsafat tetap pada makna dasarnya yaitu untuk memperoleh kearifan atau kebijaksanaan yang mana bertujuan mencari hakekat segala yang ada (wujud) tanpa harus membatasi pada usaha rasional, tapi lebih menekankan pada penggunaan segala sumber pengetahuan secara integrative mulai dari potensi rasional, intuisi dan wahyu. Dalam Islam, filsafat dengan berbagai aliran dan coraknya tetap dalam semangat makna aslinya sebagai cinta kearifan. Dalam Islam terdapat pula istilah hikmah yang diidentifikasi sebagai filsafat tersebut
Dalam perjalananya, filsafat Islam pernah dijadikan sebagai alasan atas kemunduran peradaban Islam akibat memudarnya pola berfikir terhadap sains. Filsafat Islam dianggap sebagai “kambing hitam” yang mengajak umat Islam untuk berjalan di tempat atau bahkan mundur ke belakang. Hal tersebut kemudian memunculkan respon penolakan, khususnya dari kalangan filosof muslim sendiri. Memang sangat mungkin seseorang berfikir demikian, karena hal tersebut dapat muncul akibat meluasnya pandangan atau pola berfikir barat yang menjelma menjadi globalisasi yang tak dapat dielakkan dari kehidupan. Namun apabila dikembalikan pada esensi filsafat Islam, hal tersebut tidaklah benar. Karena filsafat Islam adalah juga didefinisikan sebagai akar daripada segala ilmu pengetahuan yang mana sains juga termasuk di dalamnya. Salah satu permasalahan yang sebenarnya adalah orang-orang Islam yang berfilsafat tidak banyak yang ahli dalam bidang sains, hanya beberapa saja seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan lain sebagainya. Sedangkan sains dijadikan sebagai tolok ukur atas peradaban yang mana hingga saat ini pula masih didominasi oleh kalangan barat. Lepas daripada itu semua, masih banyak lagi penjelasan-penjelasan serta permasalahan-permasalahan dalam dunia filsafat, khususnya filsafat Islam
Masalah yang sering muncul dalam dunia filsafat Islam secara intern adalah, permasalahan perbedaan atau silang pendapat dan perbedaan perspektif dalam berfilsafat. Namun hal tersebut sebenarnya adalah suatu hal yang sangat berharga. Bahkan hal tersebut memperlihatkan sisi menarik karena menunjukkan kreatifitas para filosof dalam menyelesaikan berbagai persoalan mendasar dalam Islam (Oliver Leaman and Sayyed Hossein Nasr), tapi tetap di bawah satu payung paradigma tauhid dengan sumber Al Quran dan hadits. Yang dibutuhkan saat ini adaalah pemahaman yang lebih luas tentang filsafat Islam dengan melihat dan mencermati lebih dalam dan tidak terjebak dalam perspektif barat.


Referensi : Tiga Madzhab Utama Filsafat Islam
Seyyed Hossein Nasr, dll.
By : tIMbul Ht

1 comments:

IHSAN mengatakan...

dari hmi cab. manado
tolong kami minta proposal tentang LK - 2 yang akan dilaksanakan di cab. malang,
by ihsan

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger