Arah Politik Kampus Miniatur Pembelajaran

Oleh: Edi Suryaman*

“Saat anda berhenti melakukan sesuatu
Maka anda memulai proses kematian”

Politik bukanlah merupakan sesuatu yang asing, apalagi untuk ditakuti dalam menghadapi dan menjalaninya, karena politik itu sendiri bisa memberikan pembelajaran bagaimana untuk selalu bertindak dan membuat keputusan yang tepat dalam membangun, baik itu sebuah organisasi maupun untuk lingkup yang lebih luas adalah Bangsa dan Negara. Keberadaan politik sendiri sangatlah strategis karena akan membentuk jiwa penguasa dan pemimpin.
Politik merupakan wadah yang mengarah pada kekuasaan. Kekuasaan yang tercipta akan dengan sendirinya membentuk pemimpin dan yang dipimpin dimana letak perbedaan antara keduanya ada pada pengambilan keputusan. Menurut Surbakti (1992), bahwa “Kekusaan merupakan konsep yang berkaitan dengan perilaku”. Tentunya dengan sekat dalam pengambilan keputusan ini antara pemimpin dan yang dipimpin, seharusnya bisa mampu membentuk jiwa kritis yang konstruktif - dari yang dipimpin kepada pemimpinnya - untuk lebih baik dan bijaksana dalam mengambil keputusan yang ada. Penguasa dengan otoritas yang dimiliki olehnya dapat mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara yaitu Persuation, Manipulasi, Coercion, dan Force sebagai kekuatan yang menggunakan kekuatan/tekanan fisik seperti membatasi kebebasan terhadap pihak lain dalam melakukan sesuatu”.
Sedangkan Kampus merupakan tempat dimana semua orang yang mempunyai idealisme menggunakan keintelektualannya, serta sebagai tempat dalam menggembangkan diri sehingga memperoleh ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih baik. Karena kampus merupakan rumah ilmu pengetahuan untuk mencari dan menggembangkan ide yang dimiliki sehingga tercerahkan. Dalam kehidupan universitas atau kampus terdiri dari berbagai macam lembaga jurusan dan fakultas, dan dari jurusan dan fakultas inilah tempat pengembangan minat dan bakat bagi mahasiswa, dimana tempat ini merupakan sarana yang strategis untuk mengetahui tujuan yang akan dijalani.
Wadah yang dibangun di tiap-tiap jurusan maupun fakultas untuk pengembangan diri sesuai dengan minat dan bakat ini ditampung oleh HMJ dan BEM-F jurusan yang bersangkutan. Maka dari itu, politik yang akan dijalani dari kehidupan kampus adalah pemilihan ketua dari tiap-tiap baik Jurusan, BEM-F maupun BEM-U. Oleh karena itu apabila kita menginginkan perubahan yang lebih baik seharusnya kita bisa memilih dan memilah pemimpin yang lebih baik untuk memimpin Jurusan, BEM-F maupun BEM-U, karena itu semua akan sangat berkaitan dengan pengambilan kebijakan dalam menyalurkan maupun mengembangkan pengetahuan akademis yang kita miliki.

Untuk itu, pemimpin yang dipilih merupakan pimimpin yang benar-benar memiliki konsep yang sangat jelas, karena bila itu semua terwujud maka pemimpin tersebut tahu bagaimana penggelolaan organisasi yang baik bagi peningkatan nuansa akademis yang dimiliki para mahasiswa yang dinaungi olehnya. Begitu juga sebaliknya, bahkan program kerja cenderung tidak jelas dan hanya menyia-nyiakan waktu, materi dan kerja tanpa hasil.
Dari alas an di atas, maka kecenderungan politik yang diambil adalah hanya untuk pemenuhan hasrat birahi politik itu sendiri, bukan yang lain termasuk menciptakan suasana akdemis dan media aspirasi seperti tujuan awalnya. Dan jika itu terjadi maka gerakan yang seharusnya diambil adalah mengekang basis-basis pembodohan tersebut yang tentunya tidak bias dilakukan oleh perseorangan saja, oleh karena itu kita harus bias mempengaruhi orang lain melalui Konsolidasi kekuatan, Musyawarah antar anggota maupun dengan orang lain, Lobiying atau Diplomasi dan lain-lain, dan tidak menutup kemungkinan untuk Berkoalisi. semua tindakan di atas adalah dalam rangka untuk memberikan tawaran kepada kekuatan politik yang lain agar memiliki pandangan tujuan dan visi serta misi yang sama. Disamping itu, mahasiswa sebagai agent of change dan agent of social control yang merupakan masyarakat intelektual dan mempunyai jiwa akademis, sudah barang tentu dalam menjalankan politik lebih mengedepankan “otak” daripada “otot”.
Oleh karena itu, untuk menjaga eksistensi diri mahasiswa adalah satu kesepahaman yaitu bersepakat dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridloi Allah SWT. Lawan segala bentuk penindasan dan antek-antek pembodohan yang mengatasnamakan pendidikan.

*). Saat ini menjabat sebagai Wakil Sekretaris Umum (Wasekum) PPPA HMI Koms. SAINTEK UIN Malang

0 comments:

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger